Pengertian dan Pentingnya Tauhid Dalam Agama Islam yang Merupakan Ajaran dari Semua Nabi
Assalamualaikum Wr. Wb.
Salam sejahtera kepada para pembaca yang di RAHMATI dan di RIDHOI ALLAH SWT.
Pada kesempatan kali ini Kuas Hidayah akan membagikan sebuah kisah .
Mari simak Pembahasan Berikut
ini.
KuasHidayah.com - Tauhid merupakan tema yang
sangat penting dalam Islam, bahkan ia merupakan inti dari ajaran semua nabi
yang pernah diutus oleh Allah ke bumi ini, sebagaimana firman Allah SWT dalam
Surat Al-Anbiya’
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا أَنَا فَاعْبُدُونِ
“Dan Kami tidak mengutus
seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya
tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan
Aku”. (QS. al-Anbiya’ ayat 25)
Dalam tulisan ini, saya akan memaparkan tentang pengertian tauhid,
term atau istilah lain serta kedudukan dan keutamaannya.
Pengertian Tauhid
Sebagai gambaran awal, Tauhid
merupakan dasar agama Islam yang secara persis diungkapkan dalam kalimat “Lā
ilāha illallāh” (Tidak ada yang berhak disembah selain Allah).
Dan berikut pengertian Tauhid
secara bahasa dan istilah
Secara Bahasa
Secara bahasa, tauhid merupakan isim mashdar dari wahhada-yuwahhidu-tauhidan yang
bermakna mengesakan atau menjadikan
satu saja. Disebut demikian, karena ilmu ini membahas tentang
bagaimana beribadah hanya kepada Allah saja.
Secara Istilah
Sedangkan pengertian ilmu tauhid secara istilah, adalah
seperti yang dijelaskan oleh Syekh Al Bajuri di dalam kitab Tuhfatul
Murid pada halaman 38 sebagai berikut:
عِلْمُ التَّوْحِيْدِ عِلْمٌ يُقْتَدَرُ بِهِ عَلَى إِثْبَاتِ الْعَقَائِدِ الدِّيْنِيَّةِ مِنْ أَدِلَّتِهَا الْيَقِيْنِيَّةِ
Ilmu Tauhid adalah
ilmu yang dapat memperkokoh ‘aqidah-‘aqidah agama dengan dalil-dalil yang pasti.
Istilah Lain
Ilmu Tauhid kadang disebut Ilmu Ushuluddin, Di dalamnya
terdapat penjelasan tentang pokok-pokok keyakinan dalam agama Islam. Ilmu ini
juga dinamakan Ilmu Kalam, karena di dalam menjelaskan dan membuktikan ke-esaan
Tuhan itu, memerlukan pembicaraan yang benar. Dan biasa juga disebut dengan
istilah Ilmu Aqidah yang berarti keyakinan. Karena ilmu ini membahas tentang
keyakinan yang kuat baik tentang Allah, Rasul, Malaikat dan sebagainya.
Kedudukan Ilmu Tauhid
Dalam Islam, ilmu tauhid merupakan ilmu yang paling utama
untuk dipelajari sebelum belajar ilmu tentang ibadah maupun ilmu-ilmu lainnya.
Hal ini dapat dipahami dari firman Allah dalam Surat Muhammad
Maka ketahuilah, bahwa
tidak ada tuhan (yang patut disembah) selain Allah dan mohonlah ampunan atas
dosamu dan atas (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah
mengetahui tempat usaha dan tempat tinggalmu. (QS.
Muhammad ayat 19)
Dalam ayat di atas, pertama Nabi diperintahkan untuk meyakini bahwa
tidak ada Tuhan selain Allah. Dan ini namanya adalah tauhid. Baru
kemudian diperintahkan untuk beristigfar atau memohon ampun. Dab beristighfar
adalah ajaran syariat.
Amal yang ikhlas sekalipun, tidak akan diterima jika tidak disertai
tauhid. Karena tauhid atau percaya kepada Allah adalah pondasi,
sedangkan Ikhlas adalah penopang.
Allah SWT berfirman dalam
Surat Al-Bayyinah ayat 5
وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ
Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas
menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan
salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).
Dari dua ayat di atas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa
kewajiban pertama bagi manusia adalah mengetahui atau belajar tentang
mengesakan Allah (tauhid).
Baru setelah itu, kita
belajar tentang cara beribadah. Karena syarat diterimanya amal adalah tauhid.
Sebanyak apa pun seseorang mengeluarkan biaya untuk membantu orang lain, tanpa tauhid,
maka amalnya menjadi tidak diterima. Karenanya, Ibnu Ruslan menulis syair dalam Matan
Zubad
أَوَّلُ وَاجِبٍ عَلَى اْلإِنْسَانِ مَعْرِفَةُ اْلإِلَهِ بِاسْتِقَانٍ
Pertama-tama yang wajib bagi manusia adalah mengenal Allah dengan
yakin
Manifestasi Tauhid Dalam Islam
Secara sederhana,
pengamalan Tauhid dalam Islam tergambarkan dalam rukun iman yang enam,
yakni percaya pada Allah, malaikat-malaikat-Nya kitab-kitab-nya, para rasulnya,
hari kiamat dan takdir. Itulah wujud sederhana dari tauhid.
Hal ini sebagaimana dapat
dipahami dari Hadis Jibril yang cukup panjang berikut
yang disebutkan pada hadis pertama oleh Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ أَيضاً قَال: بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِـي صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنِ الإِسْلاَم، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: (الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُولُ الله،وَتُقِيْمَ الصَّلاَة، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ،وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ البيْتَ إِنِ اِسْتَطَعتَ إِليْهِ سَبِيْلاً، قَالَ: صَدَقْتَ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ، قَالَ: أَنْ تُؤْمِنَ بِالله،وَمَلائِكَتِه،وَكُتُبِهِ، وَرُسُلِهِ، وَالْيَوْمِ الآَخِر،وَتُؤْمِنَ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ، قَالَ: صَدَقْتَ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ، قَالَ: (أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ)، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسئُوُلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِها، قَالَ: أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا،وَأَنْ تَرى الْحُفَاةَ العُرَاةَ العَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي البُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيَّاً ثُمَّ قَالَ: يَا عُمَرُ أتَدْرِي مَنِ السَّائِلُ؟ قُلْتُ: اللهُ وَرَسُوله أَعْلَمُ، قَالَ: فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ
Dari
Umar radhiallahu ‘anhu, dia menceritakan, “Ketika kami sedang duduk-duduk
bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba muncul seorang
laki-laki yang pakaiannya sangat putih, rambutnya sangat hitam, pada dirinya
tidak ada bekas-bekas datang dari perjalanan, namun tidak ada satu pun di
antara kami yang mengenalnya.
Kemudian, dia duduk di dekat Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Dia menempelkan lututnya ke lutut Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan meletakkan telapak tangannya di atas paha Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Kemudian, dia bertanya, ‘Wahai Muhammad, sampaikan kepadaku,
apa itu islam?
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab, “Islam adalah engkau bersyahadat bahwasanya
tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan
Allah, menegakkan salat, menunaikan zakat, berpuasa ramadhan, dan melaksanakan
haji ke Baitullah jika engkau mampu pergi ke sana.’
Orang ini berkata, ‘Engkau benar.’” Umar pun mengatakan, “Kami
terheran; dia bertanya lalu dibenarkannya sendiri. Orang tersebut bertanya,
‘Sampaikan kepadaku tentang apa itu iman!’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab, ‘Iman itu, engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, dan hari akhir, serta beriman kepada takdir
baik maupun buruk.’
Orang tersebut menyahut, ‘Kamu benar. Sampaikan kepadaku tentang
apa itu ihsan!’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Ihsan
itu, engkau beribadah kepada Allah seolah engkau melihatnya. Jika engkau tidak
bisa, maka sesungguhnya Allah melihatmu.’
Orang itu bertanya, ‘Sampaikan kepadaku, kapan kiamat terjadi?’
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Orang yang ditanyai
tidak lebih tahu daripada orang yang bertanya.’ Orang itu bertanya lagi,
‘Sampaikan kepadaku tentang tanda-tandanya!’
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Budak-budak
wanita akan melahirkan tuannya, dan engkau akan melihat orang yang tidak
memakai alas kaki, suka tidak memakai baju, miskin, dan penggembala kambing
berlomba-lomba dalam membuat bangunan yang tinggi.’ Kemudian, orang tersebut
pergi, sementara aku (Umar) diam (tidak mencari) beberapa hari.
Setelah itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya,
‘Wahai Umar, tahukah kamu, siapa orang yang kemarin bertanya itu?’ Umar
mengatakan, ‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.’ Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya, dia adalah Jibril yang datang
kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.’” (HR. Muslim)
Dalam Pandangan Aswaja
Namun di tengah banyaknya firqoh-firqoh sesat yang ada dan
berkembang akhir-akhir ini, seperti dalam tauhid ala Wahabi yang membagi
yang mereka mengenal konsep Tritauhid atau
pembagian tauhid pada tiga tingkatan, maka perlu dikenalkan pula tentang
ilmu Tauhid dalam pandangan Ahlussunnah Wal Jamaah.
Ahlussunnah wal Jamaah yang dalam hal tauhid atau akidah
berkiblat pada Abu Hasan Al-Asy’ary dan Abu Mansur Al-Maturidi mengenalkan
istilah ilmi tauhid atau akidah 50 (aqidah khamsina)
Semoga pada tulisan berikutnya, kami bisa mengulas lebih detail
lagi tentang aqidah khamsina ini. Namun, sedikit kami beri gambaran kenapa
rumusan ilmu tauhid ala Aswaja ini disebut akidah 50.
Disebut akidah 50 adalah untuk memberikan gambaran yang mudah
tentang hal-hal berikut:
- Sifat wajib bagi Allah ada 20
- Sifat mustahil bagi Allah ada 20
- Sifat mubah bagi Allah ada 1
- Sifat Wajib bagi para rasul ada 4
- Sifat mustahil bagi para rasul ada 4
- Sifat mubah bagi para rasul ada 1
- Jumlahnya 50. Karenanya, disebut dengan aqa’id khamsina (akidah 50).
Demikian, semoga tulisan ini bisa memberikan pemahaman tentang Tauhid
dan gambaran Tauhid dalam pandangan para ulama ahlussunnah Waljamaah.
Semoga hingga akhir hayat kita tetap berpegang teguh pada tauhid dan
meninggal dalam keadaan membawa iman. Amin.
Wallahu A'lam Bisshawab.
Nah itulah sedikit
kisah dari kisah.
Sekian dari Kuas
Hidayah, Semoga bisa membawa manfaat.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Dikutip dari Sumber
: https://pecihitam.org/tauhid/