Khusyuknya Shalat Para Sahabat Rasulullah SAW, Meskipun Terkena Anak Panah
Assalamualaikum Wr. Wb.
Salam sejahtera kepada para pembaca yang di RAHMATI dan di RIDHOI ALLAH SWT.
Pada kesempatan kali ini Kuas Hidayah akan membagikan sebuah Kisah Khusyuknya Shalat Para Sahabat Rasulullah SAW, Meskipun Terkena Anak Panah.
Mari simak Pembahasan Berikut ini.
KuasHidayah.com - Pada suatu
hari, saat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam berada di masjid, seorang
sahabat datang menghampirinya. Ia mengeluh karena merasa sulit mengerjakan
shalat dengan khusyuk. Sering sekali ia masih teringat akan hal-hal lain,
termasuk urusan rumah tangga, utang piutang, dan lain sebagainya.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam kemudian berkata
"Tidak ada orang yang dapat sempurna dan khusyuk sepenuhnya dalam
mengerjakan shalat dari awal hingga akhir."
"Saya bisa ya Rasulullah," tiba-tiba Ali bin AbiThalib menyela dengan yakin. "Baiklah, jika memang benar dapat sempurna
dengan khusyuk dari awal hingga akhir akan kuberikan sorbanku yang terbaik
sebagai hadiah untukmu," kata baginda Rasulullah.
Kemudian Sayyidina Ali pun mengerjakan shalat sunnah dua
rakaat, terlihat beliau mengerjakannya dengan penuh kekhusyukan. Namun setelah
selesai, Sayyidina Ali tampak murung. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam
bertanya, "Apakah kamu bisa mengerjakan dengan khusyuk dan sempurna,
Ali?"
"Dari rakaat pertama sampai sujud terakhir saya masih
bisa khusyuk, ya Rasulullah. Namun ketika hendak salam, saya teringat akan
sorban sebagai hadiah yang baginda janjikan, ya Rasul," kata Ali dengan
murung.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan, bahwa
kekhusyukan itu memang tidak mudah. Sebab, khusyuk itu diukur oleh Allah
sebatas kemampuan manusia. Namun, ketika pikiran sudah terbawa urusan lain
ketika shalat, segera kembalikan lagi kepada shalat. Jadi, khusyuklah kita
dalam shalat.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman : "Dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan yang keji dan
munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
keutamaannya dari ibadah-ibadah lain. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan".
(QS. al-Ankabuut : 45)
Para ulama sepakat, semua sahabat Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam adalah mustaqim (lurus dan adil). Itulah sebabnya mereka
mendapatkan martabat dan kedudukan yang tinggi. Ini dapat dibuktikan dalam hal
kekhusyukan mereka saat shalat. Hati mereka hanya tertuju kepada Allah
Subhanahu wa ta'ala dan melalaikan masalah di seputarnya. Dalam benak mereka
yang ada hanyalah kebesaran dan keagungan-Nya.
Mereka begitu merindukan surga yang telah dijanjikan-Nya
serta perasaan takut akan azab-Nya. Ketika shalat konsentrasi mereka bertambah
kuat tatkala membaca ayat-ayat Al Qur'an dan seolah berdialog langsung dengan
sang Khaliq.
Abbad bin Bisyr yang Khusyuk Shalat Walau Terkena Panah
Abbad bin Bisyr, sahabat
rasulullah yang dikenal sebagai sahabat yang ‘abid yang berarti ahli
ibadah. Gelar tersebut didapatnya karena Abbad Radhiyallahu’anhu merupakan
sosok yang rajin melaksanakan ibadah qiyamul lail. Selain itu
kisahnya yang paling mahsyur ialalah dirinya yang enggan membatalkan shalat
malamnya walau tengah tertusuk 3 busur panah lawan.
Abbad remaja merupakan seorang Anshar. Ia yang belum genap
berusia 25 tahun telah memiliki pemikiran layaknya orang dewasa. Saat itu,
Mush’ab bin Umair menjadi utusan Rasulullah untuk membimbing orang-orang Anshar
yang sebelumnya telah berbait dengan Rasulullah. Mush'ab senantiasa menggelar
sebuah majelis dan mengajarkan kaum Anshar shalat.
Abbad dengan tekun menghadiri majelis Mush’ab bin Umair Radhiyallahu’anhu untuk
mendengarkan dakwah beliau. Tak butuh waktu lama, hidayah dan cahaya Islam
datang kepada Abbad. Ia menjulurkan tangannya dan menerima baiat untuk memeluk
dan membela Islam. Abbad mulai belajar membaca Al Qur’an. Suaranya merdu dan
menyejukkan hati. Berkat itu, ia dikenal sebagai imam dan qari.
Semenjak itu, Abbad menjadi
salah satu kaum Anshar yang menempati kedudukan utama. Ia merupakan sosok
pemberani yang senantiasa menemani Rasulullah dalam peperangan. Tak jarang
Abbad ikut dalam barisan terdepan melawan kaum kafir.
Dipanah Saat Shalat
Suatu ketika, Rasulullah dan para sahabat hendak menginap di
suatu tempat usai perang Dzat ar-Riqa’. Rasul menunjukkan beberapa sahabat
untuk berjaga secara bergantian. Hingga tiba waktunya Ammar bin Yasir dan Abbad
bin Bisyr dalam satu kelompok. Kala Abbad melihat Ammar telah lelah, ia
menawarkan dirinya untuk menjaga terlebih dahulu dan mengusulkan Ammar untuk
tidur.
Sekian lama menjaga, Abbad memutuskan untuk menunaikan shalat
malam. Ia telah memastikan kedaan sekitar sudah aman sebelumnya. Suasana
malam yang tenang dan kesyahduan bacaan ayat-ayat Al Qur’an yang dibacanya
membuat Abbad larut sendiri. Dalam shalatnya, ‘Abbad melantunkan surat Al Kahfi
yang membuat siapa saja yang mendengarkanya merasa pilu.
Ketika Abbad tengan khusyuk melaksanakan shalat, seseorang
laki-laki datang dengan tegesa-gesa dan melihat seorang muslim sedang malakukan
shalat. Lelaki tersebut mengira bahwa tempat tersebut didiami Rasulullah dan orang
yang tengah shalat merupakan penjaganya.
Lelaki itu lantas bersiap dengan anak panah dan melepaskannya
hingga tepat mengenai Abbad. Abbad mencabut anak panah yang bersarang di
tubuhnya tanpa menghentikan bacaan Al Kahfinya. Orang itu mengarahkan anak panahnya
lagi hingga dua kali. Namun, dua kali juga ‘Abbad menarik anak panah yang
mengenai tubuhnya dan melanjutkan shalat malamnya hingga seluruh ayat surat Al
Kahfi usai. Rasa sakitnya dikalahkan kekhusyuan Abbad ketika shalat. Ia tak
ingin bacaan shalatnya jadi tak sempurna karena luka dipanah.
Ia kemudian ruku’ dan sujud. Dalam keadaan sujud, Abbad
mengulurkan tangannya untuk membangunkan Ammar. Ia lalu bangun dan melanjutkan
tasyahud akhir dan mengakhiri shalatnya dengan salam.
Tatkala tiba giliran Ammar berjaga, ia melihat Abbad merintih,
“Bangunlah! Aku terluka parah dan lemas.”
Ammar bangun dan melihat tubuh Abbad telah bercucuran darah.
Melihat kegaduhan keduanya, si pemanah buru-buru melarikan diri.
“Subhanallah! Mengapa engkau tidak membangunkan aku?,” tanya
Ammar miris melihat sahabatnya.
“Aku sedang membaca Al Qur’an dalam shalat. Aku tidak ingin
memutuskan bacaanku sebelum selesai. Demi Allah, kalau tidak karena takut akan
menyia-nyiakan tugas jaga yang dibebani Rasulullah, menjaga pos perkemahan kaum
muslimin. Biarlah tubuhku putus daripada memutuskan bacaan dalam shalat,” jawab
Abbad.
Sungguh, sosok Abbad merupakan panutan bagi tiap muslim dalam
membawa panji Islam. Beliau tak segan-segan mengorbankan dirinya dalam bahaya
demi menjaga Rasulullah dan kaum muslimin dari jahatnya kaum Quraisy
Wallahu
A'lam Bisshawab.
Nah itulah sedikit kisah dari Kisah Khusyuknya Shalat Para Sahabat Rasulullah SAW, Meskipun Terkena Anak Panah.
Sekian dari Kuas Hidayah, Semoga bisa
membawa manfaat.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Dikutip dari Sumber : https://muslimahdaily.com/story/hikmah/item/3024-kisah-abbad-bin-bisyr-yang-khusyuk-shalat-walau-terkena-panah.html