Jika Ibadah Dipertuhankan oleh Manusia, Jangan Sampai Keliru
Assalamualaikum Wr. Wb.
Salam sejahtera kepada para pembaca yang di RAHMATI dan di RIDHOI ALLAH SWT.
Pada kesempatan kali ini Kuas Hidayah akan Menjelaskan Tentang Ibadah. Akan Tetapi Jika Ibadah Tersebut Sampai Dipertuhankan oleh Manusia? Hati-hati Jangan Sampai Keliru.
Mari simak Pembahasan Berikut ini.
KuasHidayah.com
- Sebagaimana yang telah dijanjikan Allah
Swt memalui lisan Nabi Muhammad Saw, kebanyakan orang akan berfikiran, ketika
melakukan ibadah seperti shalat, puasa, sadaqah dan lain sebagainya, Allah akan
memberikan rahmat berupa pahala surga, diringankannya kesempitan,
terkabulkannya keinginan, atau balasan-balasan lain.
Memang, balasan-balasan yang dijanjikan
oleh Allah tersebut didukung dengan fakta yang terjadi, seperti kisah-kisah
yang pernah dialami seseorang yang kemudian menjadi motifasi untuk menggerakkan
tubuh ini, melakukan ibadah dan berbuat baik.
Sebagai contoh adalah shalat tahajjud, jika diistiqamahkan akan
membuat seseorang serba diberi kenikmatan, bebas dari kesusahan dan terkabulnya
hajat keinginan. Tentu saja, setelah dikuatkan dengan kisah-kisah yang
disampaikan oleh orang-orang shaleh misalnya, akan membuat seseorang rajin
melakukan shalat tahajjud dengan tujuan agar hajat keinginannya segera
dikabulkan oleh Allah.
Itu semua tidaklah salah, namun terdapat
sisi bahaya yang mana pada tingkat yang paling parah adalah timbulnya keyakinan
bahwa, segala kesempitan dan kesusahan serta dikabulakannya hajat disebabkan
oleh shalat tahajjud yang rajin ia lakukan.
Adapun kasus yang lebih umum terjadi,
taqwa kepada Allah dengan menjalankan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya
hanya dijadikan ajang untuk mendapatkan kenikmatan surga dan menghindarkan diri
dari jurang-jurang neraka saja. Sehingga timbul anggapan bahwa hanya dengan
ibadah, seseorang akan mendapatkan surga dan dibebaskan dari neraka.
Anggapan inilah yang kemudian menjadi
motifasi kuat bagi seseorang untuk melakukan ibadah sebanyak mungkin. Jika
diibaratkan ini layaknya bisnis, seolah kita bekerja untuk Allah, melakukan
shalat, menuaikan puasa, dan menghindari maksiat, demi mendapatkan imbalan
surga, atau imbalan-imbalan lain, baik yang diberikan di dunia atau di akhirat
nanti.
Dari penjelasan di atas istilah kasarnya adalah mempertuhankan
ibadah, menomorduakan Allah Swt. Inilah salah satu bentuk kekufuran yang bisa
saja tak disadari sudah meracuni keimanan. Memang tipu daya syetan bisa sampai
taraf yang demikian, hingga ibdahpun bisa dijadikan godaan.
Lantas bagaimana aqidah yang benar dalam
masalah ini?
Syeikh Al-Bajuri dalam “Jauhar
at-Tauhid” mengatakan:
فإن يثبنا فبمحض الفضل ** وإن يعذب فبمحض العدل
“Jika Allah memberi kita pahala, maka itu karena anugerah-Nya. Dan
jika di memberi kita siksa, maka itu adalah bentuk keadilan-Nya”.
Ini adalah aqidah yang wajib diyakini
oleh setiap muslim dan merupakan manhaj salafussalih.
Allah Swt adalah raja dari segala raja.
Sedangkan manusia dan semua makhluk adalah hamba. Lantas, apakah pantas jika seorang
hamba bekerja untuk sang Raja hanya untuk mendapatkan bayaran semata.
Logikanya adalah, mari kita banyangkan semua yang ada dalam diri seseorang, mulai dari keindahan tubuh, kecerdasan otak, kekuatan badan, dan segala bentuk potensi yang ada pemberian-Nya. Lalu, apakah yang dapat kita lakukan jika semua itu ditarik kembali oleh-Nya.
Memang benar, Allah menjajikan imbalan bagi orang
yang mau beribadah, berbuat baik, menjalankan perintah dan menjauhi
larangan-Nya. Namun jika sekedar imbalan menjadi tujuan, sementara Allah
sendiri sebenarnya sama sekali tidak membutuhkan ibadah yang dilakukan manusia,
maka apakah yang akan didapat? Lalu, apa yang bisa kita perbuat, jika semua
ibadah tersebut ditolak oleh Allah?
Mari kita
angan-angan! Jika ada orang yang telah memberikan jasa besar kepada kita, lalu
orang itu meminta kita melakukan sesuatu yang sebenarnya sesuatu itu tidak
dapat membandingi jasa yang telah ia berikan. Namun kita malah meminta bayaran
atas pekerjaan yang ia minta. Lalu dimanakah rasa terima kasih kita kepada
orang yang telah berjasa besar tersebut?
Sama seperti Allah Swt telah memberi kita
segala-galanya; nikmat hidup, kesehatan, anggota tubuh, rezeki yang kita makan
setiap hari, dan semua yang kita miliki hari ini, kemarin dan masa yang akan
datang. Apa tidak keterlauan saat Allah meminta kita beribadah kepada-Nya, kita
malah menuntut-Nya memberikan imbalan.
Lagi pula cahaya iman dalam hati, kemampuan dan
semangat melakukan ibadah, pengetahuan membedakan hak dan batil, serta
kecenderungan hati kepada kebaikan dan menjauh dari keburukan, bukanlah hasil
jerih payah, bukan pula inisiatif dari kita sendiri, melainkan semua adalah
anugerah Allah Swt. La haula wala quwwata illa billah.
Masihkah
terbayang dalam benak kita untuk meminta imbalan ibadah yang kita lakukan?
Maka, jangan sekali-kali menjadikan dan mengandalkan
ibadah dan perbuatan baik untuk mendapat ridho dan pahala, serta apa yang telah
dijanjikan Allah Swt. Kita harus yakin bahwa ridho Allah dan segala bentuk
pemberian-Nya adalah murni kasih sayang, kedermawanan dan anugerah Allah Swt.
Rasulullah Saw bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : لن يدخل أحدكم الجنة عمله ، قالوا: ولا أنت يا رسول الله؟ قال: ولا أنا إلا أن يتغمدني الله برحمته (رواه البخاري)
“Amal salah satu dari
kalian tidak akan memasuknya ke surga”. Para Sabahat bertanya: “Tidak pula
engkau wahai Rasulullah?”. Rasulullah bersabda: “Tidak juga aku, kecuali Allah
memberikan rahmat-Nya kepadaku”. (HR. Al-Bukhari)
Ibnu
Atha’illah As-Sikadari dalam kitab al-Hikam menyebutkan:
“Diantara tanda
bersandarnya seseorang pada amal ibadahnya ialah terjadinya degradasi harapan,
saat terjatuh dalam kesalahan”.
Artinya adalah, saat kita
mengharap ampunan dan ridho-Nya, lalu kita terpeleset dalam sebuah dosa,
kemudian harapan tersebut berkurang atau hilang, maka dipastikan kita masih
bersandar kepada amal ibadah, dan kita masih mempertuhankan ibadah tersebut.
Wallahu A'lam Bisshawab.
Nah itulah sedikit Tentang Ibadah yang Apabila Dipertuhankan oleh Manusia
Sekian dari Kuas Hidayah, Semoga bisa membawa
manfaat.
Wassalamualaikum
Wr. Wb.
Dikutip dari Sumber :