Turun Ayat Al Quran, Kisah Tsabit bin Qais, Sahabat yang Tak Mau Bertemu Rasulullah
Assalamualaikum Wr. Wb.
Salam
sejahtera kepada para pembaca yang di RAHMATI dan di RIDHOI ALLAH SWT.
Pada
kesempatan kali ini Coretan Kisah Sahabat Nabi / Kuas Hidayah akan
membagikan sebuah Kisah Tsabit bin Qais, Sahabat yang Tak Mau Bertemu
Rasulullah Ketika Ayat Al Quran Turun.
Mari
simak Pembahasan Berikut ini.
Ia bernama Tsabit bin Qais, seorang juru bicara kebanggaan Nabi
Muhammad SAW. Ia merupakan seorang sahabat Anshar, salah satu pemuka Khajraj
terpandang dan pembesar Yatsrib yang sangat diperhitungkan keberadaanya oleh
siapapun. Ia berhati lembut, cerdik, responsif, pandai dalam bertutur kata dan
bersuara keras. Jika dia berbicara maka akan mengalahkan lawan bicaranya, jika
berkhutbah maka dia menyihir para pendengarnya.
Tsabit bin Qais adalah salah satu diantara
orang-orang yang masuk Islam angkatan pertama di Yatsrib. Bermula ketika Tsabit
menyimak lantunan merdu Al-Qur’an yang penuh hikmah, dimana dilantunkan oleh
seorang da’i Makkah Musab bin Umair dengan suaranya yang syahdu dan tekanannya
yang merdu.
Seketika Al-Qur’an menawan hati serta memenuhi pikirannya, dan akhirnya
Allah melapangkan hati Tsabit kepada Islam. Dengan meninggalkan kedudukannya
dan menggantinya dengan diangkat namanya karena bergabung di bawah panji Islam
dan berjuang bersama Rasulullah SAW.
Pada suatu ketika Nabi
Muhammad tiba di Madinah sebagai
Muhajir. Tsabit bin Qais dan para petinggi Yatsrib menyambut Rasulullah
bersama rombongannya, mereka disambut dengan hangat. Kemudian Tsabit
menyampaikan khutbahnya di depan Rasulullah SAW.
Tsabit memulai khutbahnya
dengan menyebut nama Allah dan menyanjung-Nya serta shalawat kepada Nabi-Nya.
Setelah selesai berkhutbah, Tsabit menutupnya dengan kata:
“Kami berjanji kepadamu ya
Rasulullah, akan melindungimu seperti kami melindungi diri kami, anak-anak
kami, istri-istri kami dari setiap marabahaya yang akan menimpa. Dan apakah
yang akan menjadi balasannya.?”. Kemudian Rasulullah SAW menjawabnya “surga”.
Seketika itu para jamaah yang mendengarnya wajahnya mengisyaratkan kegembiraan
dan raut muka mereka memancarkan keceriaan, mereka akhirnya berkata “kami rela
ya Rasulullah, kami rela ya Rasulullah”.
Sejak saat itu Rasulullah SAW mengangkat beliau menjadi juru bicara dan
Hassan bin Tsabit menjadi penyairnya. Tsabit adalah seorang laki-laki mu’min
dengan iman yang dalam. Bertakwa dengan ketakwaan yang sungguh. Sangat takut
kepada Rabb-nya dan sangat berhati-hati dengan perintah serta larangan-Nya.
Rasulullah SAW pernah
menguji kemampuan Tsabit bin Qais dimana saat menghadapi serombongan
orang dari Bani Tamim yang menghadap Rasulullah dengan tujuan untuk unjuk
kebolehan juru bicara mereka.
Dalam pertemuan itu, mereka
memerintahkan Utharid bin Hajib sebagai utusan Bani Tamim menjadi jurur bicara
untuk mengemukakan sesuatu di hadapan Rasulullah SAW dan beberapa Sahabat.
Setelah mereka selesai mengungkapkan apa yang menjadi maksudnya. Rasulullah
memerintahkan Tsabit bin Qais untuk berdiri dan menyampaikan sesuatu
pula. Dengan tenang dan khidmat Tsabit bin Qais berdiri dihadapan
mereka.
Tsabit bin Qais menyampaikan kalimatnya
dengan penuh makna, tentang keberadaan Rasulullah Saw sebagai utusan.
Kalimat-kalimatnya menjadikan utusan Bani Tamim semakin kagum dengan Rasulullah
SAW dan mereka semakin hormat kepada Rasul.
Selain menjadi juru bicara kebanggaan, Tsabit bin Qais juga
menunjukkan kemampuan di medan perang, dia menunjukkan keberaniannya dan kegigihannya
dalam mengikuti peperangan. Seperti pada saat perang Uhud, Tsabit juga ikut
andil di dalamnya dan dia selalu dalam barisan terdepan membawa bendera Anshar.
Ada kisah menarik yang mana
suatu hari, Nabi Saw menyampaikan firman Allah yang berbunyi;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا
أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ
كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا
تَشْعُرُونَ
“Hai orang-orang yang
beriman, janganlah-janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan
janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya
suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala)
amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.” (QS. Al-Hujurat:2)
Sejak turunnya ayat itu, Tsabit bin Qais menjauh dari
majelis-majelis Rasulullah, sekalipun dia sangat mencintainya dan sangat
berkeinginan untuk mendatanginya. Tsabit bin Qais diam di rumahnya dan
tidak pernah meninggalkannya kecuali hanya untuk shalat berjamaah.
Rasulullah pun mencari-cari
Tsabit bin Qais, beliau bertanya, “Siapa yang hadir membawa beritanya
kepadaku?” Maka seorang laki-laki Anshar berkata, “Aku ya Rasulullah.”
Laki-laki Anshar ini pergi ke rumahnya, dia melihat Tsabit bin Qais
dalam keadaan berduka dan bersedih, kepalanya tertunduk, laki-laki Anshar ini
bertanya, “Mengapa dengan dirimu wahai Abu Muhammad?” Tsabit bin Qais menjawab,
“Buruk.” Dia bertanya, “Apa itu?”
Tsabit bin Qais menjelaskan, “Sesungguhnya kamu
mengetahui bahwa aku bersuara tinggi, tidak jarang suaraku mengalahkan
tingginya suara Rasulullah, sementara ayat al-Qur’an telah turun seperti yang
telah kamu ketahui, aku tidak menyangka sama sekali bahwa amalku telah batal
dan aku akan menjadi penghuni neraka.”
Laki-laki Anshar ini pun pamit dan menyampaikan jawaban
Tsabit bin Qais kepada
Rasulullah. Maka Rasulullah bersabda, “Pergilah kepadanya dan katakan, ‘Kamu
bukan penghuni neraka sebaliknya kamu adalah penduduk surga’.”
Wallahu A'lam bish Shawab.
Nah itulah sedikit kisah dari Tsabit bin Qais, Sahabat yang Tak Mau Bertemu
Rasulullah Ketika Ayat Al Quran Turun.
Sekian dari Coretan Kisah Sahabat Nabi / Kuas Hidayah, Semoga bisa
membawa manfaat.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Dikutip dari Sumber : https://pecihitam.org/
Belum ada Komentar untuk "Turun Ayat Al Quran, Kisah Tsabit bin Qais, Sahabat yang Tak Mau Bertemu Rasulullah"
Posting Komentar