Kisah Nabi Muhammad dengan Pencuri Yang Bertaubat dan Mendapatkan Istri
Assalamualaikum Wr. Wb.
KuasHidayah.com - Pada suatu ketika di zaman Nabi Muhammad SAW ada seorang pencuri yang hendak bertaubat. Dia duduk di majelis Nabi Muhammad SAW dimana para sahabat berdesak-desakkan di Masjid Nabawi.
Suatu ketika dia
menangkap perkataan Nabi SAW : “Barangsiapa
meninggalkan sesuatu yang haram karena Allah, maka suatu ketika dia akan
memperoleh yang haram itu dalam keadaan halal”.
Pencuri ini
tidak memahami maksudnya, apalagi ketika para sahabat mendiskusikan hal
tersebut setelah majelis dengan tingkat keimanan dan pemahaman yang jauh
dibawah sang pencuri. Dia merasa tersisihkan.
Akhirnya malam
pun semakin larut, Ketika sang pencuri lapar. Keluarlah dia dari Masjid demi
melupakan rasa laparnya.
Pada suatu gang
tempat dia berjalan, dia melihat suatu rumah yang pintunya agak terbuka. Dengan
insting pencurinya, ia dapat melihat dalam gelap bahwa pintu itu tidak
terkunci.
Saat itu, timbul
lah perselisihan dalam hatinya untuk mencuri atau tidak. Tidak, ia merasa tidak
boleh mencuri lagi.
Namun tiba-tiba
timbul bisikan aneh: “Jika kamu tidak mencuri mungkin akan ada pencuri lainnya
yang belum tentu seperti kamu”.
Dia pun
berfikir. Sesaat kemudian maka diputuskan bahwa dia hendak mengingatkan
pemiliknya di dalam agar mengunci pintu rumahnya, karena sudah lewat tengah malam.
Dia hendak
memberi salam namun timbul kembali suara tadi : “Hei pemuda! bagaimana kalau
ternyata di dalam ada pencuri dan pintu ini ternyata adalah pencuri itu yang
membuka, bila engkau mengucap salam … akan kagetlah dia dan bersembunyi,
alangkah baiknya jika engkau masuk diam-diam dan memergoki dia dengan menangkap
basahnya !”
Ah.. benar juga,
pikirnya.
Maka masuklah ia
dengan tanpa suara… Ruangan rumah tersebut agak luas, dilihatnya berkeliling
ada satu meja yang penuh makanan, timbul keinginannya untuk mencuri lagi. Namun
segera ia sadar, “Tidak, aku tidak boleh mencuri lagi,” pikirnya.
Masuklah ia
dengan hati-hati. Syukurlah tidak ada pencuri berarti dan memang sang pemilik
yang lalai mengunci pintu.
Sekarang tinggal
memberitahukan kepada pemilik rumah tentang kelalaiannya, tiba-tiba terdengar
suara mendengkur halus dari sudut ruang. Ahh, ternyata ada yang tidur, mungkin
sang pemilik dan sepertinya perempuan cantik.
Tanpa dia sadari
kakinya melangkah mendekati tempat tidur. Perasaannya berkecamuk, macam-macam
yang ada dalam hatinya. Kecantikan, tidak lengkapnya busana tidur yang menutup
sang wanita membuat timbul hasrat dalam dirinya.
Begitu besarnya
hingga keluar keringat dinginnya. Seakan jelas ia mendengar jantungnya berdetak
kencang serta tak dia sangka, ia sudah duduk mematung disamping tempat tidur.
“Tidak, aku tidak boleh melakukan ini aku ingin bertaubat dan tidak mau
menambah dosa yang ada, tidakk !!” pikirnya lagi.
Segera ia
memutar badannya untuk pergi. Akan ia ketuk dan beri salam dari luar
sebagaimana tadi. Ketika akan menuju pintu keluar ia melalui meja makan.
Tiba-tiba terdengar bunyi dari dalam perutnya. Si pencuri ini lapar.
Suara aneh tadi
muncul lagi: “Bagus hei pemuda yang baik, bagaimana ringankah sekarang
perasaanmu setelah melawan hawa nafsu birahimu?”
“Ada rasa bangga
dalam hati si pencuri ini ini dapat berbuat kebaikan dan niat perbuatan
pemberitahuan ini akan sangat terpuji,” pikir sang pemuda.
Suara itu
berkata:
“Maka sudah
sepatutnya engkau memperoleh ganjaran dari sang pemilik rumah atas niat baikmu
itu, ambillah sedikit makanan untuk mengganjal perutmu agar tidak timbul
perasaan dan keinginan mencuri lagi!!”
Si pencuri
merenung sebentar, dan tiba-tiba ia tersadar serta berucap dalam hati, “Engkau
dari tadi yang berbicara dan memberi nasihat kepadaku? Tapi nasihatmu itu telah
menjadikan aku menjadi tamu tidak diundang seperti ini, tidak.. aku tidak akan
mendengarkan nasihatmu. Bila engkau Tuhan, tidak akan memberi nasihat seperti
ini. Pasti engkau Syaithon….(hening)”.
“Celaka aku,
bila ada orang yang di luar dan melihat perbuatanku …. aku harus keluar,”
pikirnya lagi.
Maka dengan
tergesa-gesa ia keluar rumah wanita tersebut. Ketika tiba dihadapan pintu ia
mengetuk keras dan mengucap salam yang terdengar serak menakutkan.
Semakin khawatir
ia akan suaranya yang berubah. Setelah itu tanpa memastikan pemiliknya
mendengar atau tidak ia kembali menuju Masjid dengan perasaan galau namun lega,
karena tidak ada orang yang memergoki dia melakukan apa yang disarankan suara
aneh tadi.
Sesampai di
Masjid, ia melihat Nabi saw sedang berdiri salat. Di sudut ruang ada seorang
yang membaca Alquran dengan khusyu’ sambil meneteskan air mata. Di sudut-sudut
terdapat para sahabat dan kaum shuffah tidur.
Dingin sekali
malam ini, lapar sekali perut ini. Si pencuri teringat lagi akan pengalaman
yang baru dia alami dan bersyukur atas pertolongan Allah yang menguatkan
hatinya.
Tapi, tidak
didengar bisikan Allah di hatinya, “Apakah Allah marah kepadaku?” pikirnya.
Lalu ia
menghampiri sudut ruang Masjid duduk dekat pintu, dekat orang yang membaca
Alquran.
Di tengah
lamunannya, ia mendengar sayup namun jelas bait-bait ayat suci.
“Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan
berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah
kepada orang-orang yang sombong: ‘Sesungguhnya kami dahulu adalah
pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan dari pada kami azab Allah
(walaupun) sedikit saja Mereka menjawab: ‘Seandainya Allah memberi petunjuk kepada
kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita apakah
kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk
melarikan diri”. (QS. 14:21)
“Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah
diselesaikan: “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar,
dan akupun telah menjanjikan kepadamutetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak
kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu
mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi
cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamu pun
sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan
perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu”. Sesungguhnya
orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih. (QS. 14:22)
Bergetarlah
hatinya mendengar firman Allah yang didengarnya. Ia berkata, “Engkau berbicara
kepadakukah, ya Allah?”.
Serasa lapang
hatinya, semakin asyik dia mendengarkan bacaan suci itu, maka lupalah ia akan
laparnya, segar rasanya badannya.
Cukup lama ia
mendengarkan bacaan orang itu hingga tiba-tiba tersentak ia karena bacaan itu
dihentikan berganti dengan ucapan menjawab salam.
Terlihat olehnya
pula bahwa pria itu menjawab salam seseorang wanita dan seorang tua yang masuk
langsung menuju tempat Nabi Muhammad SAW sedang duduk berdzikir. Dan wajah
wanita itu adalah wajah wanita tadi.
Si pencuri
gelisah. “Apakah tadi ketika ia berada di ruangan itu, sang wanita pura-pura
tidur dan melihat wajahnya? Ataukah ada orang yang diam-diam melihatnya?
mungkin laki-laki tua yang bersamanya adalah orang yang diam-diam memergokinya
ketika ia keluar dan mengetuk pintu rumah itu? Ahh … celaka, celaka,” pikirnya
lagi.
Tubuhnya
gemetar. Ia tidak mampu menggerakkan anggota tubuhnya untuk bersembunyi atau
pergi. Apalagi tampak olehnya pria yang tadi membaca Alquran hendak tidur dan
tak lama mendengkur.
Si pencuri ini
melihat mereka sudah berbicara dengan Nabi SAW. “Celaka!,” pikirnya panik.
Hampir celentang
jatuh ia ketika terdengar suara Nabi Muhammad SAW: “Hai Fulan, kemarilah !”
Dengan perlahan
dan perasaan takut ia mendekat. Ia berusaha menyembunyikan wajahnya.
Ia mendengar
sang perempuan masih berbicara kepada Nabi Muhammad SAW. katanya : “…benar ya
Rasulullah, saya sangat takut pada saat itu. Saya bermimpi rumah saya kemasukan
orang yang hendak mencuri. Dia mendekati saya dan hendak memperkosa saya.
Ketika saya berontak, ternyata itu hanya mimpi. Namun ketika saya melihat
sekelilingnya ternyata pintu rumah saya terbuka sebagaimana mimpi saya dan ada
suara menyeramkan yang membuat saya takut. Maka segera saya menuju rumah paman
saya untuk meminta dicarikan suami buat saya, agar kejadian yang di mimpi saya
tidak terjadi bila saya ada suami yang melindungi. Sehingga beliau mengajak
saya menemui engkau disini agar memilihkan calon suami untuk saya”.
Nabi SAW
memandang kepada si pemuda bekas pencuri, lalu berkata : “Hai Fulan, karena
tidak ada pria yang bangun kecuali engkau saat ini maka aku tawarkan padamu,
maukah engkau menjadi suaminya?”
Si pemuda ini
pun terkejut bukan main. Dengan cepat, ia mengangguk.
Setelah salat
shubuh, Nabi SAW mengumumkan hal ini dan meminta para shahabat mengumpulkan
dana untuk mengadakan pernikahan dan pembayaran mas kawin si pemuda ini.
Setelah
pernikahannya, tahulah ia akan arti perkataan Nabi Muhammad yang lalu:
“Barangsiapa meninggalkan sesuatu yang haram karena Allah, maka suatu ketika
dia akan memperoleh yang haram itu dalam keadaan halal”.
Wallahu’alam Bishawab
Nah itulah sedikit kisah dari kisah seorang pencuri yang bertaubat dan mendapatkan istri.
Dikutip dari Sumber: Yayat Ruhyadi. 2010. 17 Kisah Penuh Hikmah.