Kisah Kemuliaan Yang Dimiliki Sahabat Nabi Saw, Hingga Kisah Heroik Dalam Menemani Beliau Hijrah
Assalamualaikum Wr. Wb.
Salam
sejahtera kepada para pembaca yang di RAHMATI dan di RIDHOI ALLAH SWT.
Pada kesempatan kali ini Kuas Hidayah akan
membagikan sebuah Kisah Kemuliaan Yang Dimiliki Sahabat Nabi Saw, Hingga
Kisah Heroik Dalam Menemani Beliau Hijrah.
Mari simak Pembahasan Berikut ini.
Perjuangan Abu Bakar As-Shiddiq
Radhiallahu Anhu (RA) mengawal Rasulullah SAW saat hijrah patut diteladani.
Banyak kisah heroik dan pengorbanan dilakukannya demi kecintaannya kepada Allah
dan Rasul-Nya. Foto/Istimewa.
Abu
Bakar As-Shiddiq Radhiallahu Anhu (RA) bukanlah seorang Rasul, namun keutamaan dan
kebaikannya tak pernah habis untuk dituliskan. Beliau adalah orang yang paling
kuat keimanannya setelah para nabi. Dan juga orang yang paling mencintai
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW).
Dalam
Kitab Sirah An-Nabawiyah yang dilansir dari KisahMuslim.com, dikisahkan
perjuangan Abu Bakar As-Shiddiq Radhiallahu Anhu (RA) dan Rasulullah SAW
ketika hijrah ke Madinah. Ketika Allah mengizinkan Nabi hijrah, para sahabat
pun bersegera berangkat. Baik laki-laki atau perempuan, tua dan muda, dewasa
maupun anak-anak, bertolak dari Mekkah menuju menuju Madinah. Mereka menempuh
perjalanan 460 Km melintasi gurun yang panas dan gersang.
Ibnu
Hisyam dalam kitab Shirah Nabawiyahnya mencatat, Abu Bakar As-Shiddiq Radhiallahu
Anhu (RA) adalah salah seorang sahabat yang bersegera memenuhi seruan Allah
dan Rasul-Nya untuk berhijrah. Ia meminta izin kepada Rasulullah untuk
berhijrah. Namun beliau SAW bersabda, “Jangan terburu-buru. Semoga Allah
menjadikan untukmu teman (hijrah)”. Rasulullah berharap agar Abu Bakar
As-Shiddiq Radhiallahu Anhu (RA) menjadi temannya saat berhijrah menuju
Madinah.
Suatu hari
Jibril memberi kabar kepada Rasulullah bahwa orang-orang Quraisy telah
membulatkan tekad untuk membunuh beliau. Jibril memerintahkan agar tidak lagi
menghabiskan malam di Mekkah.
Nabi pun
mendatangi Abu Bakar As-Shiddiq Radhiallahu Anhu (RA) dan mengabarkannya
bahwa waktu hijrah telah tiba untuk mereka. Aisyah radhiallahu ‘anha yang saat
itu berada di rumah Abu Bakar As-Shiddiq Radhiallahu Anhu (RA)
mengatakan, “Saat kami sedang berada di rumah Abu Bakar, ada seorang
yang mengabarkan kepada Abu Bakar kedatangan Rasulullah dengan
menggunakan cadar (penutup muka). Beliau datang pada waktu yang tidak biasa”.
Kemudian
beliau SAW meminta izin untuk masuk, dan Abu Bakar As-Shiddiq Radhiallahu Anhu
(RA) mengizinkannya. Beliau bersabda, “Perintahkan semua keluargamu untuk
hijrah”. Abu Bakar As-Shiddiq Radhiallahu Anhu (RA) menjawab, “Mereka
semua adalah keluargamu wahai Rasulullah”.
Rasulullah
kembali mengatakan, “Sesungguhnya aku sudah diizinkan untuk hijrah”. Abu
Bakar As-Shiddiq Radhiallahu Anhu (RA) menanggapi, “Apakah aku menemanimu
(dalam hijrah) wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Iya.”
Lalu
Rasulullah menunggu malam datang. Pada malam hari, Nabi keluar dari rumahnya
yang sudah dikepung orang-orang kafir Quraisy. Lalu Allah menjadikan mereka
tidak dapat melihat Nabi SAW. Saat itu Rasulullah menabur debu di kepala-kepala
mereka, namun mereka tidak menyadarinya.
Beliau
menjemput sahabat Abu Bakar As-Shiddiq Radhiallahu Anhu (RA) yang saat
itu itu sedang tertidur. Abu Bakar As-Shiddiq Radhiallahu Anhu (RA) pun
menangis bahagia, karena menemani Rasulullah berhijrah. Aisyah mengatakan,
“Demi Allah! Sebelum hari ini, aku tidak pernah sekalipun melihat seseorang
menagis karena berbahagia. Aku melihat Abu Bakar menangis pada hari itu”.
Perjalanan berat yang mempertaruhkan nyawa itu, Abu Bakar As-Shiddiq Radhiallahu
Anhu (RA) sambut dengan tangisan kebahagiaan.
Sembunyi
di Gua Tsur
Dalam
perjalanan hijrah ke Madinah, Rasulullah SAW dan Abu Bakar As-Shiddiq Radhiallahu
Anhu (RA) bersembunyi di sebuah gua yang dikenal dengan nama Gua Tsur atau
Tsaur. Gua Tsur adalah gua berada di puncak Jabal (bukit) Tsur Kota Makkah,
berjarak terletak sekitar 7 Km dari Masjidil Haram. Nabi dan Abu Bakar
As-Shiddiq Radhiallahu Anhu (RA) sembunyi di Gua Tsur untuk menghindari
kejaran kafir Quraisy.
Ketika
sampai di mulut gua, Abu Bakar As-Shiddiq Radhiallahu Anhu (RA) berkata,
“Demi Allah, janganlah Anda masuk ke dalam gua ini sampai aku yang memasukinya
terlebih dahulu. Kalau ada sesuatu (yang jelek), maka akulah yang
mendapatkannya bukan Anda”.
Abu
Bakar As-Shiddiq Radhiallahu Anhu (RA) masuk kemudian membersihkan gua tersebut. Setelah
itu, Abu Bakar As-Shiddiq Radhiallahu Anhu (RA) tutup lubang-lubang di
gua dengan kainnya karena ia khawatir jika ada hewan yang membahayakan
Rasulullah keluar dari lubang-lubang tersebut; ular, kalajengking. Hingga
tersisalah dua lubang, yang nanti bisa ia tutupi dengan kedua kakinya.
Setelah
itu, Abu Bakar As-Shiddiq Radhiallahu Anhu (RA) mempersilakan Rasulullah
masuk ke dalam gua. Rasulullah pun masuk dan tertidur di pangkuan Abu Bakar
As-Shiddiq Radhiallahu Anhu (RA). Ketika Rasulullah istirahat, tiba-tiba
seekor hewan menggigit kaki Abu Bakar As-Shiddiq Radhiallahu Anhu (RA).
Ia menahan dirinya untuk tidak bergerak menahan gigitan hewan itu (riwayat lain
menyebut seekor ular). Abu Bakar As-Shiddiq Radhiallahu Anhu (RA)
berusaha sekuat tenaga menahan sakit karena tidak ingin membangunkan Rasulullah
dari istirahatnya.
Namun, Abu
Bakar As-Shiddiq Radhiallahu Anhu (RA) adalah manusia biasa. Rasa sakit
akibat sengatan hewan itu membuat air matanya menetes dan terjatuh di wajah
Rasulullah. Sang kekasih Allah pun terbangun, kemudian bertanya, “Apa yang
menimpamu wahai Abu Bakar?” Abu Bakar As-Shiddiq Radhiallahu Anhu (RA)
menjawab, “Aku disengat sesuatu”. Kemudian Rasulullah mengobatinya. Dalam satu
riwayat disebutkan bahwa Nabi mengobati Abu Bakar As-Shiddiq Radhiallahu Anhu
(RA) dengan ludah beliau.
Melindungi
Nabi dari Teriknya Matahari
Diriwayatkan
oleh Imam Bukhari, Abu Bakar As-Shiddiq Radhiallahu Anhu (RA)
menceritakan hijrahnya bersama Nabi. “Kami berjalan siang dan malam hingga
tibalah kami di pertengahan siang. Jalan yang kami lalui sangat sepi, tidak ada
seorang pun yang lewat. Aku melemparkan pandangan ke segala penjuru, apakah ada
satu sisi yang dapat kami dijadikan tempat berteduh.
Akhirnya,
pandanganku terhenti pada sebuah batu besar yang memiliki bayangan. Kami
putuskan untuk istirahat sejenak di sana. Aku ratakan tanah sebagai tempat
istirahat Nabi SAW, lalu kuhamparkan sehelai jubah kulit dan mempersilahkan
beliau untuk tidur di atasnya. Istirahatlah wahai Rasulullah. Beliau pun
beristirahat.
Setelah
itu, aku melihat keadaan sekitar. Apakah ada seseorang yang bisa dimintai
bantuan. Aku pun bertemu seorang penggembala kambing yang juga mencari tempat
untuk berteduh. Aku bertanya kepadanya, “Wahai anak muda, engkau budaknya
siapa?” Ia menyebutkan nama tuannya, salah seorang Quraisy yang kukenal. Aku
bertanya lagi, “Apakah kambing-kambingmu memiliki susu?” “Iya.” Jawabnya.
“Bisakah engkau perahkan untukku?” pintaku. Ia pun mengiyakannya. Setelah
diperah. Aku membawa susu tersebut kepada Nabi dan ternyata beliau masih
tertidur. Aku tidak suka jika aku sampai membuatnya terbangun.
Saat
beliau terbangun aku berkata, “Minumlah wahai Rasulullah”. Beliau pun minum
susu tersebut sampai aku merasa puas melihatnya.
Mengawal
Rasulullah Selama Perjalanan
Diriwayatkan
al-Hakim dalam Mustadrak-nya dari Umar bin al-Khattab, ia menceritakan. Ketika
Rasulullah dan Abu Bakar As-Shiddiq Radhiallahu Anhu (RA) keluar dari
gua. Abu Bakar As-Shiddiq Radhiallahu Anhu (RA) terkadang berjalan di
depan Rasulullah dan terkadang berada di belakang beliau. Rasulullah pun
menanyakan perbuatan Abu Bakar As-Shiddiq Radhiallahu Anhu (RA) itu. Abu
Bakar As-Shiddiq Radhiallahu Anhu (RA) menjawab, “Wahai Rasulullah, kalau
aku teringat orang-orang yang mengejar (kita), aku berjalan di belakang Anda,
dan kalau teringat akan pengintai, aku berjalan di depan Anda”.
Apa yang
dilakukan Abu Bakar As-Shiddiq Radhiallahu Anhu (RA) ini menunjukkan
kecintaan beliau yang begitu besar kepada Nabi SAW. Ia tidak ingin ada sedikit
pun yang mengancam jiwa Nabi. Jika ada mara bahaya menghadang, ia tidak ridha
kalau hal itu lebih dahulu menimpa Nabi.
Demikianlah
kisah indah Abu Bakar As-Shiddiq Radhiallahu Anhu (RA) bersama
Rasulullah. Rasulullah ingin bersama Abu Bakar As-Shiddiq Radhiallahu Anhu
(RA) ketika hijrah dan Abu Bakar As-Shiddiq Radhiallahu Anhu (RA)
pun sangat mencintai Rasulullah. Inilah kecocokan ruh sebagaimana disabdakan
Nabi: “Ruh-ruh itu bagaikan pasukan yang berkumpul (berkelompok). Jika mereka
saling mengenal maka mereka akan bersatu, dan jika saling tidak mengenal maka
akan berpisah (tidak cocok).” (HR Bukhari dan Muslim)
Dalam satu
hadis, Nabi SAW pernah memuji Abu Bakar As-Shiddiq Radhiallahu Anhu (RA):
“Sesungguhnya orang yang paling besar jasanya padaku dalam persahabatan dan
kerelaan mengeluarkan hartanya adalah Abu Bakar. Andai saja aku diperbolehkan
mengangkat seseorang menjadi kekasihku selain Rabbku, pastilah aku akan memilih
Abu Bakar, namun cukuplah persaudaraan seislam dan kecintaan karenanya. Maka
tidak tersisa pintu masjid kecuali tertutup selain pintu Abu Bakar saja.” (HR
Al-Bukhari)
Wallahu
A'lam bish Shawab.
Nah itulah sedikit kisah dari Kemuliaan Yang Dimiliki Sahabat
Nabi Saw, Hingga Kisah Heroik Dalam Menemani Beliau Hijrah.
Sekian dari Kuas Hidayah, Semoga bisa
membawa manfaat.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Dikutip dari Sumber : https://umma.id/article/share/id/1002/362121